Minggu, 16 Februari 2014

ADA APA DENGAN SHOLAT JUM'AT KITA



ADA APA DENGAN SHOLAT JUM'AT KITA
 
1.         Ada banyak hal aneh yang sering kita jumpai yang terkait dengan momen pelaksanaan sholat jum'at.  Ketika pagi jum'at sayyidul ayyam menyingsing, sudahkan kita sadar bahwa kita pada hari itu kedatangan tamu terhormat yang harus kita sambut dengan penghormatan yang layak? Sudahkah kita menyiapkan hati, pikiran, jiwa dan raga dan segenap kemampuan kita untuk mengisi setiap waktu, setiap saat, detik demi detik sepanjang hari jumát agar tidak berlalu sia-sia.  Sepertinya sebagian besar dari kita memang sadar bahwa hari jum'at adalah hari yang sangat istimewa, tetapi dengan pemaknaan yang agak berbeda.  Yaaa,  ketika jum'at tiba artinya besok dan lusa adalah hari libur, weekend, waktunya santai, bersenang-senang, pelesir, jeda dari rutinitas selama lima hari penuh, melenyapkan stress, hangout bersama teman-teman.   Ada juga yang memaknai hari jum'at sebagai hari krida, hari olah raga, hari kebugaran (yang ini biasanya terjadi di kantor-kantor, instansi pemerintahan maupun swasta), sehingga aktifitas yang nampak banyak dilakukan adalah yang berkaitan dengan olahraga.  Soal sholat jumát dan seluruh pernak-pernik keutamaannya? Bersyukurlah kita kalau ternyata sholat jum'at masih menjadi salah satu fokus kita hari itu, syukur bisa menjadi fokus utama.   
2.     Diantara sedikit jumlah jamaah yang telah hadir sebelum khotib, berapa persenkah yang langsung menyiapkan diri duduk di barisan depan dengan rapi? Hanya ada kurang dari sepuluh persen. Inilah salah satu jenis manusia langka di jaman yang sudah serba modern ini.  Dari sedikit yang sudah mengisi barisan depan tadi, tempat duduknya juga tidak ngumpul, ada yang di sisi kanan, tengah dan kiri.  Dari kacamata human relation sepertinya koq terlihat kurang akrab gitu ya? Wong tujuan ke datang ke masjid adalah sama; sama-sama muslim mukmin; pangkat, jabatan, martabat juga sama yaitu abdullah (kan guru-guru kita mengajarkan untuk meninggalkan seluruh atribut duniawi terutama ketika mau menghadap kepada Allah).  Alangkah indahnya jika sesama kita bisa akrab, yang datang pertama kali mengambil tempat di tengah-tengah barisan pertama, yang datang selanjutnya mengisi di kanan kiri jamaah yang datang lebih dulu hingga barisan pertama penuh, baru dilanjutkan menempati barisan kedua dengan tetap dimulai dari tengah.  Begitu seterusnya hingga seluruh barisan terisi dan tertata rapi.  Mengingat jamaah yang datang adalah orang yang beriman, berakal sempurna (sudah baligh), berilmu (sudah tahu tata cara berjamaah khususnya dalam membentuk barisan), maka seharusnya bukanlah sesuatu yang sulit menciptakan barisan jamaah yang rapi, tertib dan indah.  Tetapi kenyataannya tidaklah demikian, atau jangan-jangan banyak diantara kita yang belum berakal sempurna. Waduh, naidzubillahi min dzalik.
 

Jumat, 14 Februari 2014

ADA APA DENGAN SHOLAT KITA (PART III)



ADA APA DENGAN SHOLAT KITA (PART III)
(UNTUK PARA SHOLAT LOVERS)

1.         Masih lanjut tentang sholat fardhu yang lima waktu sehari.  Karena anjurannya adalah dilaksanakan di masjid, maka beberapa bahasan berikut akan lebih dititikberatkan sholat fardhu yang dilaksanakan berjamaah di masjid.  Kapan sebaiknya kita datang menyambut panggilan adzan.  Sebelum adzan dikumandangkan? wah ini sih te o pe be ge te sekali.  Misalkan 10 menit menjelang masuk waktu sholat (jangan lagi tanya kapan masuk waktu sholat, hari gini setiap keluarga muslim harus punya jadwal sholat yang berlaku sepanjang masa, ada aplikasinya juga di internet).  Tapi mungkinkah? mungkin sekali, karena ternyata di setiap masjid hampir pasti ada saudara kita yang melakukannya.  Siapa lagi kalo bukan muadzin.  Kalo muadzin bisa, berarti jamaah yang lain seharusnya bisa dong, wong sama manusianya ini.  Cuma masalahnya kita ini terlalu pintar untuk bikin daftar panjang alasan kenapa kita tidak bersegera memenuhi undangan Allah.
2.        Sebelum melangkah ke masjid, sangat dianjurkan kita mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.  Satu-satu mari kita lihat.  Yang pertama sudah dijelaskan di nomor sebelumnya, yang kedua adalah jangan lupa kita sudah dalam keadaan suci sejak dari rumah, artinya wudlu dikerjakan di rumah, jangan di masjid.  Loh, emangnya ga boleh wudlu dimasjid? Trus buat apa di masjid dibangun dan disediakan tempat wudlu?  Bukan ga boleh. Menurut pak ustadz, kita sudah wudlu sejak dari rumah itu merupakan salah satu cermin akhlak terpuji dan bentuk shodaqoh kita kepada masjid. Koq bisa? Dengan tidak menggunakan fasilitas wudlu dimasjid, artinya kita menghemat pengeluaran masjid untuk rekening air, rekening listrik, biaya pemeliharaan tempat wudlu, biaya penggantian kran air,  biaya penggantian keset, memberi kesempatan jamaah musafir untuk menggunakan fasilitas wudlu dengan lebih nyaman.  Betapa indahnya, akhlak terpuji akan memberikan manfaat buat banyak orang.

Jumat, 07 Februari 2014

ADA APA DENGAN SHALAT KITA(PART II)

ADA APA DENGAN SHALAT KITA(PART II)

(UNTUK PARA SHOLAT LOVER)


1.    Setiap orang mempunyai sesuatu yang favorit.  Lalu apa bacaan surah yang paling favorit ketika sholat. Yups, betul sekali, Triqul.  Memang dibandingkan dengan membaca surah al fatihah pasti kalah banyak, tapi itu kan karena al fatihah adalah bacaan wajib sehingga mau tidak mau ya harus dibaca.  Tetapi yang triqul, ini adalah optional, pilihan, terserah selera.  Dan kebetulan tempatnya koq ya ber jajar di Al Qur'an, no 112, 113, 114. Jadi memang sekali buka, tiga-tiganya dapat.  Kalau ada statemen bahwa bacaan triqul itu berarti setara dengan sepertiga Al Qur'an, jangan-jangan inilah implementasinya.  Dari sebanyak waktu yang dibutuhkan oleh manusia muslim dalam membaca ayat-ayat Al Qur'an, sepertiganya untuk membaca triqul.  Eits, jangan ditanggapi serius, ini hanyalah guyon parikena.

Selasa, 04 Februari 2014

ADA APA DENGAN AL QUR'AN KITA


ADA APA DENGAN AL QUR'AN KITA
(UNTUK PARA AL QUR'AN LOVER)

     1Kalau diadakan survey mungkin inilah buku (atau kitab) yang paling banyak populasinya, Al Qur'an. Di setiap rumah tangga muslim rasanya pasti ada  minimal satu eksemplar, mungkin ada sebagian yang tidak punya (astaghfirullah) tapi banyak juga yang mempunyai lebih dari satu.  Jadi jika diasumsikan ada satu saja berarti minimal ada 1,5 milyar kitab Al Qur'an di dunia, lebih dari 150 juta di Indonesia, betapa mulianya.  Sebagian sudah mulai kumal, lecek, sobek-sobek, jilidnya sudah lepas, pinggirannya sudah gripis, hasil cetakan jaman tahun baheula.  Sedih juga melihatnya, untuk sebuah kitab suci yang menjadi pegangan hidup seorang muslim, menyediakan kitab yang layak baca saja tidak mampu.  Di sisi lain banyak juga kitab yang kondisinya sangat bagus, lengkap, mewah, disertai terjemah, tafsir, asbabun nuzul, hadist yang relevan, dan .....masih sangat bersih karena bungkus plastiknya pun belum terlepas.  Untuk yang ini, sudah selayaknya kita juga harus berucap astaghfirullah, kitab suci ini hanya menjadi pajangan manis penghias rak buku.  Trus kapan akan dibuka, dibaca, ditelaah, dipahami arti dan kandungan nilainya, dipedomani dalam kehidupan sehari-hari? Nunggu sempat? nunggu mau? nunggu kepepet karena mau nikah, karena menghadapi musibah, karena sakit yang berkepanjangan, karena usahanya bangkrut, karena anak nakal susah diatur?

2.        Kenapa sih Al Qur'an berbahasa Arab? Kenapa tidak seperti kitab lain yang berbahasa sesuai bahasa ibu umatnya, sehingga lebih mudah dibaca dan dipahami maknanya?
Memang Allahlah yang berkehendak demikian, terhadap kitab suci yang diturunkan untuk menjadi pedoman hidup seluruh umat manusia.   Dari mulai pertama kali diturunkan kira-kira