Senin, 01 Juni 2015

Inilah Sejarah Dan Fadhilah Nisfu Sya'ban


 Assalamualaikum Wr Wb. Lama tidak update n posting.....Selagi ada moment.....

Ada beberapa bulan dalam islam yang didalamnya terdapat
keberkahan dan keagungan, Salah satunya adalah bulan Sya'ban. Dan dalam bulan
sya'ban tersebut ada satu malam istimewa yang masih menjadi ikhtilaf atau perbedaan
pendapat dari zaman tabi'in sampai sekarang, yang mana jika kita menghidupkan malam
tersebut dengan beribadah maka Allah pasti akan mengampuni dosa-dosa kita kecuali dosa
syirik dan membunuh. Malam ini biasa disebut dengan malam Nisfu Sya'ban.


Perlu kita ketahui, Bahwa dalam bahasa arab, Nisfu artinya pertengahan. Dan Syaban
adalah nama bulan dalam kalender hijriyah, Jadi, Nisfu Sya’ban berarti pertengahan bulan
sya’ban.
Jika kita merujuk pada kalender Hijri, maka malam itu jatuh pada tanggal 14 Sya’ban karena
pergantian tanggal sesuai penanggalan Hilaliyah atau yang menggunakan patokan
rembulan adalah saat Matahari terbenam atau malam tiba. Dan malam nisfu sya'ban di
tahun 2015 ini jatuh pada hari ini, Senin Malam Selasa, 1 Juni 2015.
Dalam sejarah islam, ada yang berpendapat bahwa pada saat itu terjadi pemindahan kiblat
kaum muslimin dari baitul maqdis kearah masjidil haram.
Keistimewaan Malam Nisfu Sya’ban
Ada hadits yang menyatakan keutamaan malam nisfu Sya’ban yang mengatakan bahwa di
malam tersebut akan ada banyak pengampunan terhadap dosa.
Di antaranya adalah hadits riwayat Mu’adz bin Jabal, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda,

“Allah mendatangi seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban. Dan Dia akan
mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
Al-Mundziri dalam At-Targhib setelah menyebutkan hadits ini, beliau mengatakan,
“Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Al Awsath dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya
dan juga oleh Al-Baihaqi. Ibnu Majah pun mengeluarkan hadits dengan lafazh yang sama
dari hadits Abu Musa Al-Asy’ari. Al-Bazzar dan Al-Baihaqi mengeluarkan yang semisal dari
Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu dengan sanad yang tidak mengapa.”


Demikian perkataan Al Mundziri. Penulis Tuhfatul Ahwadzi, Al Mubarakfuri mengatakan,
“Pada sanad hadits Abu Musa Al-Asy’ari yang dikeluarkan oleh Ibnu Majah terdapat Lahi’ah
dan ia adalah perawi yang dinilai dha’if.”
Hadits lainnya lagi adalah hadits ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Allah ‘azza wa jalla mendatangi makhluk-Nya pada malam nisfu Sya’ban, Allah
mengampuni hamba-hamba-Nya kecuali dua orang yaitu orang yang bermusuhan dan
orang yang membunuh jiwa.”
Al Mundziri mengatakan, “Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang
layyin (ada perowi yang diberi penilaian negatif atau di-jarh, namun haditsnya masih
dicatat).” Berarti hadits ini bermasalah.
Setelah Al Mubarakfuri meninjau riwayat-riwayat di atas, beliau mengatakan, “Hadits-hadits
tersebut dilihat dari banyak jalannya bisa sebagai hujjah bagi orang yang mengklaim bahwa
tidak ada satu pun hadits shahih yang menerangkan keutamaan malam nisfu Sya’ban.
Wallahu Ta’ala a’lam.”


Ibnu Rajab mengatakan, “Ada beberapa hadits yang menjelaskan tentang keutamaan
malam nisfu Sya’ban. Para ulama berselisih pendapat mengenai statusnya. Kebanyakan
ulama mendhaifkan hadits-hadits tersebut. Ibnu Hibban menshahihkan sebagian hadits


tersebut dan beliau masukkan dalam kitab shahihnya.” (Lathaif Al-Ma’arif).
Intinya, penilaian kebanyakan ulama (baca: jumhur ulama), keutamaan malam nisfu
Sya’ban dinilai dha’if. Namun sebagian ulama menshohihkannya. Akan tetapi perbedaan ini
bukan merupakan sesuatu hal yang amalah menjadikan umat terpecah belah.
Tidak akan ada penyelesaiannya, karena masing-masing pihak berangkat dengan ijtihad
dan dalil masing-masing. Sebagian Ulama menganggapnya sebagai sunnah dan sebagian
Ulama menganggapnya sebagai bi’dah hasanah mamduhah (bid’ah yang secara syar’i
dikategorikan baik dan terpuji ) dan sebagian lain menganggap sebagai amalan bid’ah yang
tidak pernah dijalankan oleh Nabi SAW.


Amalan Di Bulan Sya'ban
Bagaimana cara merayakan malam Nisfu Sya’ban? Apakah ada amalan-amalan khusus?
Menurut sebagian besar Ulama, antara lain adalah dengan memperbanyak ibadah dan
shalat malam dan dengan puasa. Baik malam nishfu syaban maupun malam-malam lainnya
yang masih dalam bulan syaban.
Di kalangan kaum muslimin di Indonesia malam Nisfu sya’ban ini selalu menjadi malam
yang istimewa diantara malam-malam di bulan Sya’ban. Berkenaan dengan malam Nisfu
(pertengahan) Sya’ban ada beberapa hal yang patut diketahui bersama, karena malam
Nisfu Sya’ban ini sejak lama menjadi perdebatan di kalangan Ulama dan para ahli hadist

dan menjadi 'mahallul-khilaf' nyaris sepajang zaman.
Mengenai menghidupkan malam nisfu sya’ban yang menurut sebagian ulama adalah adalah
sunnah Rasul SAW diambil dari dalil-dalil berikut :
Hadist Pertama
Rasulullah saw bersabda,: “Allah mengawasi dan memandang hamba hamba Nya di malam
nisfu sya’ban, lalu mengampuni dosa dosa mereka semuanya kecuali musyrik dan orang yg
pemarah pada sesama muslimin” (Shahih Ibn Hibban)


Hadist Kedua
Berkata Aisyah ra : “disuatu malam aku kehilangan Rasul saw, dan kutemukan beliau saw
sedang di pekuburan Baqi’, beliau mengangkat kepalanya kearah langit, seraya bersabda :
“Sungguh Allah turun ke langit bumi di malam nisfu sya’ban dan mengampuni dosa dosa
hamba Nya sebanyak lebih dari jumlah bulu anjing dan domba” (Musnad Imam Ahmad
hadits no.24825)
Pendapat Ulama'
Berkata Imam Syafii rahimahullah : “Doa mustajab adalah pada 5 malam, yaitu malam
jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan malam nisfu
sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy juz 3 hal 319).
Berikut adalah ringkasan amaliyah Malam Nisfu Sya’ban menurut Ulama Syafi'iyyah:

1. Sholat fardlu Maghrib
Dilanjutkan dengan membaca Surat Yasin 3 kali; Bacaan yang pertama
dengan niat panjang umur untuk ibadah, yang kedua dengan niat
memperoleh rizqi yang halal barokah untuk bekal ibadah, yang ketiga dengan
niat ditetapkan iman.
2. Memperbanyak dzikir, shalawat, doa dan istighfar.
3. Membaca doa Nifsu Sya’ban
 
 “Allaahumma yaa dzal manni walaa yumannu ‘alaika yaa dzal jalaali wal
ikraam. Yaa dzaththauli wal in’aam. Laa ilaaha illaa anta, dzahrullaajiin
wajaarul mustajiiriin wa amaanul khaaifiin. Allaahumma in kunta katabtaniy
‘indaka fii ummil kitaabi syaqiyyan au mahruuman au mathruudan au
muqtarran ‘alayya firrizqi, famhullaahumma bifadhlika syaqaawatiy
wahirmaaniy wathardiy waqtitaari rizqiy wa atsbitniy ‘indaka fii ummil kitaabi
sa’iidan marzuuqan muwaffaqan lil khairaat. Fainnaka qulta waqaulukal haqqu
fii kitaabikal munazzali ‘alaa nabiyyikal mursal: “Yamhullaahu maa yasyaa-u
wayutsbitu wa ‘indahuu ummul kitaab.” Ilaahiy bittajallil a’dzami fii lailatinnishfi
min syahri sya’baanil mukarram al-latii yufraqu fiihaa kullu amrin hakiim wa
yubram, ishrif ‘anniy minal balaa-i maa a’lamu wa maa laa a’lam. Wa anta
‘allaamul ghuyuubi birahmatika yaa arhamarraahimiin.


Doa Nisfu Sya'ban Dan Terjemahan nya




Artinya:
Ya Allah Tuhanku Pemilik nikmat, tiada ada yang bisa memberi nikmat atasMu.
Ya Allah Pemilik kebesaran dan kemuliaan.
Ya Allah Tuhanku Pemilik kekayaan dan Pemberi nikmat.
Tidak ada yang patut disembah selain hanya Engkau.
Engkaulah tempat bersandar.
Engkaulah tempat berlindung dan padaMulah tempat yang aman bagi orang-orang yang
ketakutan. Ya Allah Tuhanku,
Jika sekiranya Engkau telah menulis dalam bukuMu bahwa aku adalah orang yang tidak
bahagia atau orang yang sangat terbatas mendapat nikmatMu, atau termasuk orang yang
dijauhkan dariMu atau orang yang disempitkan dalam mendapat rizkiMu
Maka aku memohon dengan karuniaMu. Semoga kiranya Engkau pindahkan aku kedalam
golongan orang-orang yang berbahagia, mendapat keluasan rizki serta diberi petunjuk
kepada kebajikan.
Sesungguhnya Engkau telah berkata dalam kitabMu yang telah diturunkan kepada
RasulMu, dan perkataanMu adalah benar, yang berbunyi: Allah mengubah dan menetapkan

apa-apa yang dikehendakiNya dan padaNya sumber kitab.
Ya Allah, dengan tajalliMu Yang Mahabesar pada malam Nisfu Sya’ban yang mulia ini,
Engkau tetapkan dan Engkau ubah sesuatunya, maka aku memohon semoga kiranya aku
dijauhkan dari bala bencana, baik yang aku ketahui atau yang tidak aku ketahui,
Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi. Dan aku selalu
berharap limpahan rahmatMu ya Allah Tuhan Yang Maha Pengasih.”

Kesimpulan
Hendaklah setiap muslim menyikapi permasalahan ini dengan bijak tanpa harus menentang
atau bahkan menyalahkan pendapat yang lainnya karena bagaimanapun permasalahan ini
masih diperselisihkan oleh para ulama meskipun hanya dilakukan oleh para tabi’in. Yang
menganggap amalan nishfu sya'ban lemah mohon jangan mencemooh atau membid'ahkan
yang tidak sependapat.

Wallahualam bisshawab.

Tidak ada komentar: