ADA APA DENGAN AL QUR'AN
KITA
(UNTUK PARA AL QUR'AN
LOVER)

2.
Kenapa
sih Al Qur'an berbahasa Arab? Kenapa tidak seperti kitab lain yang berbahasa
sesuai bahasa ibu umatnya, sehingga lebih mudah dibaca dan dipahami maknanya?
Memang Allahlah yang berkehendak demikian, terhadap kitab suci yang diturunkan untuk menjadi pedoman hidup seluruh umat manusia. Dari mulai pertama kali diturunkan kira-kira
lima belas abad yang lalu sampai sekarang dan Insya Allah hingga akhir nanti bahasa Arab tetap akan menjadi bahasa Al Qur'an. Dan terbukti sampai dengan saat ini rasanya hanya dialah satu-satunya kitab yang masih terjaga kemurniannya. Sebetulnya bukan semata-mata karena bahasa Arabnya, tetapi lebih disebabkan karena Dia Sang Pemilik alam semesta turun tangan langsung menjaga keasliannya. Trus bagaimana dengan orang non arab, pasti mereka akan mengalami kesulitan untuk mempelajarinya. Wah benar sekali, bahasa arab itu sulit dipelajari, dipahami dan dimengerti, itulah jawaban sebagain besar dari kita. Apalagi jika kita memang termasuk umat yang tidak atau kurang care terhadap kitab sucinya. Tetapi lihatlah di surau-surau kecil, musholla pinggir kampung, pesantren tradisional, majelis-majelis taklim, ruang-ruang kuliah keislaman, seminar-seminar islam, pesantren modern...para pecinta al qurán begitu giat mempelajari, menelaah kandungan isinya untuk selanjutnya disebarluaskan kepada umat. bersyukur kita kepada Allah yang terus menghidupkan ghirah para pecinta al quran dalam rangka menghidupkan isi ajarannya di tengah-tengah umat manusia.
Memang Allahlah yang berkehendak demikian, terhadap kitab suci yang diturunkan untuk menjadi pedoman hidup seluruh umat manusia. Dari mulai pertama kali diturunkan kira-kira
lima belas abad yang lalu sampai sekarang dan Insya Allah hingga akhir nanti bahasa Arab tetap akan menjadi bahasa Al Qur'an. Dan terbukti sampai dengan saat ini rasanya hanya dialah satu-satunya kitab yang masih terjaga kemurniannya. Sebetulnya bukan semata-mata karena bahasa Arabnya, tetapi lebih disebabkan karena Dia Sang Pemilik alam semesta turun tangan langsung menjaga keasliannya. Trus bagaimana dengan orang non arab, pasti mereka akan mengalami kesulitan untuk mempelajarinya. Wah benar sekali, bahasa arab itu sulit dipelajari, dipahami dan dimengerti, itulah jawaban sebagain besar dari kita. Apalagi jika kita memang termasuk umat yang tidak atau kurang care terhadap kitab sucinya. Tetapi lihatlah di surau-surau kecil, musholla pinggir kampung, pesantren tradisional, majelis-majelis taklim, ruang-ruang kuliah keislaman, seminar-seminar islam, pesantren modern...para pecinta al qurán begitu giat mempelajari, menelaah kandungan isinya untuk selanjutnya disebarluaskan kepada umat. bersyukur kita kepada Allah yang terus menghidupkan ghirah para pecinta al quran dalam rangka menghidupkan isi ajarannya di tengah-tengah umat manusia.
3.
Dalam
sebuah ceramah, pak kyai bilang berbahagialah orang-orang yang masih terus mau
belajar membaca al quran, baik yang sudah mahir maupun yang masih tahap awal
sekali. Bahkan saudara-saudara kita yang masih grothal-grathul membacanya itu mendapat
dua pahala sekaligus, grothal satu
pahala dan grathul satu pahala...he
he he just kidding. Tapi bener loh mereka akan dapat pahala dobel,
satu karena membacanya dan satu lagi karena semangatnya yang pantang menyerah
untuk bisa membaca lebih lancar. Kalo
begitu enak yang belum lancar dong dapetnya dua. Ya nggak begitu, yang sudah
lancar pasti juga akan dapat pahala sesuai porsinya. Jika dalam 30 menit yang
belum lancar mungkin cuma dapat satu halaman, yang sudah lancar bisa jadi sudah
satu juz. Tinggal hitung saja tuh, kalo
satu huruf bernilai sama dengan satu kebaikan, berapa jumlah kebaikan yang akan
diperoleh. Eh koq jadi itung-itungan kaya dagang gini ya. Tapi yakinlah bahwa Allah pasti akan
mengharga seseorang sesuai dengan jerih payah yang dilakukannya.
4.
Kebanyakan
dari kita mempunyai penghormatan dan pengharapan yang tinggi terhadap Al
Qur'an. Tapi ada sebagian
yang memaknai penghormatan itu agak kurang tepat, misalnya dengan menjadikan
kitab Al Qur'an sebagai jimat untuk mengusir roh halus, menulis beberapa bagian
dari ayat-ayat, dibungkus kain, diberi minyak wangi kemudian digantung di atas
pintu rumah. Atau menempatkannya di
posisi teratas agar tidak tertumpuk oleh buku-buku atau benda lainnya, tetapi
akibatnya jadi sulit dijangkau dan akhirnya ga kebaca deh. Penghormatan yang paling utama seharusnya adalah
dibaca, ditelaah, dipahami, dan dipedomani setiap saat. Perkara nanti karena
keseringan dibaca jadi kumal atau rusak, ya ga apa-apa, segera ganti yang baru.
5.
Saat
ini sudah banyak model Al Qur'an yang diberi tambahan kode-kode tertentu,
khususnya yang terkait dengan ilmu tajwid, untuk memudahkan pembacanya membaca
dengan benar. Ada tanda biru untuk idzhar yang harus dibaca
jelas, tanda hjau untuk ikhfa yang harus dengung dan seterusnya, melengkapi
tanda-tanda lama yang telah disusun oleh ulama terdahulu seperti tanda mad,
tanda waqof dan sebagainya. Bahkan model
terbaru sudah dilengkapi dengan suara dan berbagai penjelasan tentang hal-hal
yang terkait didalamnya. Sepintas
terbayang bahwa kitab model baru ini akan mampu memberi bimbingan secara
mandiri kepada umat untuk belajar dimanapun, kapanpun, dalam kondisi
bagaimanapun. Pandangan tersebut tidak
sepenuhnya salah tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Bagaimanapun ilmu baca AL Qur'an adalah
bahasa lisan sehingga untuk belajar secara benar yang paling afdhol harus tetap
mendapat bimbingan seorang guru yang telah mahir.
6. Oh ya, ini soal gadget yang saat ini
sudah dapat dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas.
Jika misalnya di dalam gadget kita terinstal file Al Qur'an (yang dalam
kesempatan-kesempatan tertentu kita buka dan kita baca) tetapi pada saat yang
bersamaan juga terinstal file-file game dan yang lebih serem juga terinstal
file-file yang ga jelas (yang ada kontent pornografinya misalnya), kira-kira
hukumnya gimana ya? trus bagaimana kita harus mensikapinya? Belum pernah ada
survey tentang hal ini sih, tapi rasa-rasanya sebagian besar dari gadget kita kondisinya
seperti itu. Jangan-jangan gadget milik
para ustadz juga sama saja, namanya juga personal
property. Atau sebaiknya kita
kembali ke jaman dulu aja dimana handphone hanya bisa untuk telepon dan sms?
7.
Souvenir. Yah, akhir-akhir ini sudah mulai
ngetrend Al Qur'an dijadikan souvenir,
oleh-oleh haji dan umroh, pernikahan dan lain-lain.
Dari kacamata pemberi souvenir kita yakin bahwa tujuannya adalah demi
kebaikan yaitu mudah-mudahan Al Qurán dapat dimanfaatkan oleh si penerima
dengan sebaik-baiknya, dibaca dan ditelaah setiap hari sehingga pahala
jariahnya juga akan mengalir kepada si pemberi.
Tetapi mari kita lihat dari kacamata penerima. Bagaimana kalau si penerima di rumahnya sudah
banyak Al Qur'an berbagai model yang telah sesuai dengan kebutuhan, ada Al
Qur'an dan terjemah, ada tafsir, ada Al Qur'an hafalan; ada yang ukuran besar,
sedang, kecil; ada yang untuk ayah, ibu, anak-anak, kakek, nenek, pembantu,
pokoknya komplitlah. Belum lagi sekarang
handphone sudah dilengkapi dengan fasilitas download Al Qur'an dengan berbagai
model. Jika ada tambahan kitab yang
"biasa-biasa saja" dapat dipastikan tidak akan terjamah, sehingga
esensi pemberian tadi jadi kurang mengena.
Belum lagi jika si penerima adalah orang yang ''tidak terlalu peduli''
waah bisa dipastikan Al Qur'an akan masuk laci dan entah kapan akan dikeluarkan
dan dibaca.
8.
Salah
satu keistimewaan Al Qur'an adalah membaca dan mendengarkannya bernilai ibadah,
walaupun tidak mengerti maksudnya (sangat disayangkan memang, inilah salah satu
strategi yang dipakai oleh penjajah belanda untuk menjauhkan umat muslim
nusantara dari Al Qur'an, doktrin yang penting sudah membacanya dan mendapat
pahala walaupun tidak ngerti maksudnya). Tapi
okelah itu soal lain, yang ingin dikemukakan disini adalah keinginan sebagian
dari kita memperdengarkan lantunan ayat-ayat suci, baik yang qiroah maupun
murottal dari rekaman para syaikh, tanpa memperhatikan tempat dan waktu. Kita yakin bahwa tujuannya adalah baik, tapi
coba kita bayangkan disaat kita sedang santai di kantor misalnya, ngumpul
bareng teman-teman, lagi ngobrol ringan, trus tiba-tiba ada yang menyetel mp3
berisi murottal Al Qur'an dari komputer, kira-kira sikap terbaik harus
bagaimana.
9.
Berhenti
ngobrol lalu takzim mendengankan (kan ada perintah kalo diperdengarkan bacaan
Al Qurán maka dengarkanlah mudah-mudahan kalian memperoleh rahmat), lanjut saja
ngobrolnya dan kalo sempet memperhatikan bacaan ya diperhatikan kalo ga ya ga
apa-apa, pindah ruangan lain yang ga kedengeran bacaan murottal dan melanjutkan
ngobrol, ngomel-ngomel atau langsung mematikan komputer, atau apa.
10.
Buat
kita-kita yang berusia lebih dari 30 tahun dan waktu kecil pernah tinggal di
desa mungkin ada yang merindukan suasana keakraban masa-masa kecil dulu bersama
Al Qur'an. Dulu rasanya kita begitu dekat dengan Al
Qur'an, kita peluk erat dia ketika berjalan ke mushollah kecil menjelang
maghrib. Walaupun wujudnya sudah tidak
indah lagi, sobek disana sini tetapi rasa penghormatan kita kepadanya begitu
tinggi. Di terangi cahaya lampu minyak
kecil yang jelaganya sering membuat wajah polos kita coreng moreng kehitaman
dan dibimbing oleh para guru yang kadang-kadang pengetahuannya tentang ilmu
membaca Al Qur'an juga terbatas tetapi mempunyai keikhlasan yang sangat luas,
musholla kecil itu menjadi saksi kesungguhan kita mempelajarinya. Jaman memang sudah berubah. YA Rabb, aku mohon hadirkanlah terus semangat
menghormati dan mempelajari AL Qur'an di hari kami dan seluruh keturunan kami
dan jadikanlah dia penerang dalam perjalanan hidup kami.
11.
Kalau
kita disuruh memilih mana yang lebih penting, Al Qur'an atau koran.
Haqqul yakin jika yang ditanya adalah seorang muslim jawabannya pasti Al
Qur'an. Dia adalah kitab yang diturunkan
Allah untuk menjadi pedoman hidup manusia, dia yang terjaga kesucian dan kemurniannya,
dia yang mampu menjawab segala problematika kehidupan, dia yang membacanya
adalah ibadah, dia yang merupakan salah satu mukjizat terbesar bagianda rasul,
dia yang selalu relevan dan kontekstual dengan kondisi perkembangan peradaban
manusia, dia yang mampu membimbing manusia untuk mencapai kebahagian dunia dan
akhirat, dan lain-lain, dan seterusnya, dan sebagainya. Masih banyak daftar kelebihan dan
keistimewaan yang bisa ditulis. Tetapi mengapa justru koranlah yang dicari
pertama kali setiap pagi, yang lebih banyak dibaca ketika waktu senggang, yang
lebih sering dijadikan rujukan untuk mencari solusi dari masalah hidup
sehari-hari, yang lebih banyak membutuhkan biaya untuk membayar langganannya,
yang lebih sering dijadikan topik diskusi, yang membawanya tidak pernah sambil
ngumpet-ngumpet. Ternyata perbedaan
antara yang apa yang terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi masih sangat
jauuuh...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar