Selasa, 04 Februari 2014

ADA APA DENGAN AL QUR'AN KITA


ADA APA DENGAN AL QUR'AN KITA
(UNTUK PARA AL QUR'AN LOVER)

     1Kalau diadakan survey mungkin inilah buku (atau kitab) yang paling banyak populasinya, Al Qur'an. Di setiap rumah tangga muslim rasanya pasti ada  minimal satu eksemplar, mungkin ada sebagian yang tidak punya (astaghfirullah) tapi banyak juga yang mempunyai lebih dari satu.  Jadi jika diasumsikan ada satu saja berarti minimal ada 1,5 milyar kitab Al Qur'an di dunia, lebih dari 150 juta di Indonesia, betapa mulianya.  Sebagian sudah mulai kumal, lecek, sobek-sobek, jilidnya sudah lepas, pinggirannya sudah gripis, hasil cetakan jaman tahun baheula.  Sedih juga melihatnya, untuk sebuah kitab suci yang menjadi pegangan hidup seorang muslim, menyediakan kitab yang layak baca saja tidak mampu.  Di sisi lain banyak juga kitab yang kondisinya sangat bagus, lengkap, mewah, disertai terjemah, tafsir, asbabun nuzul, hadist yang relevan, dan .....masih sangat bersih karena bungkus plastiknya pun belum terlepas.  Untuk yang ini, sudah selayaknya kita juga harus berucap astaghfirullah, kitab suci ini hanya menjadi pajangan manis penghias rak buku.  Trus kapan akan dibuka, dibaca, ditelaah, dipahami arti dan kandungan nilainya, dipedomani dalam kehidupan sehari-hari? Nunggu sempat? nunggu mau? nunggu kepepet karena mau nikah, karena menghadapi musibah, karena sakit yang berkepanjangan, karena usahanya bangkrut, karena anak nakal susah diatur?

2.        Kenapa sih Al Qur'an berbahasa Arab? Kenapa tidak seperti kitab lain yang berbahasa sesuai bahasa ibu umatnya, sehingga lebih mudah dibaca dan dipahami maknanya?
Memang Allahlah yang berkehendak demikian, terhadap kitab suci yang diturunkan untuk menjadi pedoman hidup seluruh umat manusia.   Dari mulai pertama kali diturunkan kira-kira
lima belas abad yang lalu sampai sekarang dan Insya Allah hingga akhir nanti bahasa Arab tetap akan menjadi bahasa Al Qur'an.  Dan terbukti sampai dengan saat ini rasanya hanya dialah satu-satunya kitab yang masih terjaga kemurniannya.  Sebetulnya bukan semata-mata karena bahasa Arabnya, tetapi lebih disebabkan karena Dia Sang Pemilik alam semesta turun tangan langsung menjaga keasliannya.  Trus bagaimana dengan orang non arab, pasti mereka akan mengalami kesulitan untuk mempelajarinya.  Wah benar sekali, bahasa arab itu sulit dipelajari, dipahami dan dimengerti, itulah jawaban sebagain besar dari kita. Apalagi jika kita memang termasuk umat yang tidak atau kurang care terhadap kitab sucinya.  Tetapi lihatlah di surau-surau kecil, musholla pinggir kampung, pesantren tradisional, majelis-majelis taklim, ruang-ruang kuliah keislaman, seminar-seminar islam, pesantren modern...para pecinta al qurán begitu giat mempelajari, menelaah kandungan isinya untuk selanjutnya disebarluaskan kepada umat.  bersyukur kita kepada Allah yang terus menghidupkan ghirah para pecinta al quran dalam rangka menghidupkan isi ajarannya di tengah-tengah umat manusia.

  
3.         Dalam sebuah ceramah, pak kyai bilang berbahagialah orang-orang yang masih terus mau belajar membaca al quran, baik yang sudah mahir maupun yang masih tahap awal sekali.  Bahkan saudara-saudara kita yang masih grothal-grathul membacanya itu mendapat dua pahala sekaligus, grothal satu pahala dan grathul satu pahala...he he he just kidding.  Tapi bener loh mereka akan dapat pahala dobel, satu karena membacanya dan satu lagi karena semangatnya yang pantang menyerah untuk bisa membaca lebih lancar.  Kalo begitu enak yang belum lancar dong dapetnya dua. Ya nggak begitu, yang sudah lancar pasti juga akan dapat pahala sesuai porsinya. Jika dalam 30 menit yang belum lancar mungkin cuma dapat satu halaman, yang sudah lancar bisa jadi sudah satu juz.  Tinggal hitung saja tuh, kalo satu huruf bernilai sama dengan satu kebaikan, berapa jumlah kebaikan yang akan diperoleh.  Eh koq jadi itung-itungan  kaya dagang gini ya.  Tapi yakinlah bahwa Allah pasti akan mengharga seseorang sesuai dengan jerih payah yang dilakukannya.

4.        Kebanyakan dari kita mempunyai penghormatan dan pengharapan yang tinggi terhadap Al Qur'an. Tapi ada sebagian yang memaknai penghormatan itu agak kurang tepat, misalnya dengan menjadikan kitab Al Qur'an sebagai jimat untuk mengusir roh halus, menulis beberapa bagian dari ayat-ayat, dibungkus kain, diberi minyak wangi kemudian digantung di atas pintu rumah.  Atau menempatkannya di posisi teratas agar tidak tertumpuk oleh buku-buku atau benda lainnya, tetapi akibatnya jadi sulit dijangkau dan akhirnya ga kebaca deh.  Penghormatan yang paling utama seharusnya adalah dibaca, ditelaah, dipahami, dan dipedomani setiap saat. Perkara nanti karena keseringan dibaca jadi kumal atau rusak, ya ga apa-apa, segera ganti yang baru.


5.        Saat ini sudah banyak model Al Qur'an yang diberi tambahan kode-kode tertentu, khususnya yang terkait dengan ilmu tajwid, untuk memudahkan pembacanya membaca dengan benar.  Ada tanda biru untuk idzhar yang harus dibaca jelas, tanda hjau untuk ikhfa yang harus dengung dan seterusnya, melengkapi tanda-tanda lama yang telah disusun oleh ulama terdahulu seperti tanda mad, tanda waqof dan sebagainya.  Bahkan model terbaru sudah dilengkapi dengan suara dan berbagai penjelasan tentang hal-hal yang terkait didalamnya.  Sepintas terbayang bahwa kitab model baru ini akan mampu memberi bimbingan secara mandiri kepada umat untuk belajar dimanapun, kapanpun, dalam kondisi bagaimanapun.  Pandangan tersebut tidak sepenuhnya salah tetapi juga tidak sepenuhnya benar.  Bagaimanapun ilmu baca AL Qur'an adalah bahasa lisan sehingga untuk belajar secara benar yang paling afdhol harus tetap mendapat bimbingan seorang guru yang telah mahir.
  
 
6.  Oh ya, ini soal gadget yang saat ini sudah dapat dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas.  Jika misalnya di dalam gadget kita terinstal file Al Qur'an (yang dalam kesempatan-kesempatan tertentu kita buka dan kita baca) tetapi pada saat yang bersamaan juga terinstal file-file game dan yang lebih serem juga terinstal file-file yang ga jelas (yang ada kontent pornografinya misalnya), kira-kira hukumnya gimana ya? trus bagaimana kita harus mensikapinya? Belum pernah ada survey tentang hal ini sih, tapi rasa-rasanya sebagian besar dari gadget kita kondisinya seperti itu.  Jangan-jangan gadget milik para ustadz juga sama saja, namanya juga personal property.  Atau sebaiknya kita kembali ke jaman dulu aja dimana handphone hanya bisa untuk telepon dan sms?


7.        Souvenir.  Yah, akhir-akhir ini sudah mulai ngetrend  Al Qur'an dijadikan souvenir, oleh-oleh haji dan umroh, pernikahan dan lain-lain.  Dari kacamata pemberi souvenir kita yakin bahwa tujuannya adalah demi kebaikan yaitu mudah-mudahan Al Qurán dapat dimanfaatkan oleh si penerima dengan sebaik-baiknya, dibaca dan ditelaah setiap hari sehingga pahala jariahnya juga akan mengalir kepada si pemberi.  Tetapi mari kita lihat dari kacamata penerima.  Bagaimana kalau si penerima di rumahnya sudah banyak Al Qur'an berbagai model yang telah sesuai dengan kebutuhan, ada Al Qur'an dan terjemah, ada tafsir, ada Al Qur'an hafalan; ada yang ukuran besar, sedang, kecil; ada yang untuk ayah, ibu, anak-anak, kakek, nenek, pembantu, pokoknya komplitlah.  Belum lagi sekarang handphone sudah dilengkapi dengan fasilitas download Al Qur'an dengan berbagai model.  Jika ada tambahan kitab yang "biasa-biasa saja" dapat dipastikan tidak akan terjamah, sehingga esensi pemberian tadi jadi kurang mengena.  Belum lagi jika si penerima adalah orang yang ''tidak terlalu peduli'' waah bisa dipastikan Al Qur'an akan masuk laci dan entah kapan akan dikeluarkan dan dibaca.  

8.        Salah satu keistimewaan Al Qur'an adalah membaca dan mendengarkannya bernilai ibadah, walaupun tidak mengerti maksudnya (sangat disayangkan memang, inilah salah satu strategi yang dipakai oleh penjajah belanda untuk menjauhkan umat muslim nusantara dari Al Qur'an, doktrin yang penting sudah membacanya dan mendapat pahala walaupun tidak ngerti maksudnya). Tapi okelah itu soal lain, yang ingin dikemukakan disini adalah keinginan sebagian dari kita memperdengarkan lantunan ayat-ayat suci, baik yang qiroah maupun murottal dari rekaman para syaikh, tanpa memperhatikan tempat dan waktu.  Kita yakin bahwa tujuannya adalah baik, tapi coba kita bayangkan disaat kita sedang santai di kantor misalnya, ngumpul bareng teman-teman, lagi ngobrol ringan, trus tiba-tiba ada yang menyetel mp3 berisi murottal Al Qur'an dari komputer, kira-kira sikap terbaik harus bagaimana.

9.        Berhenti ngobrol lalu takzim mendengankan (kan ada perintah kalo diperdengarkan bacaan Al Qurán maka dengarkanlah mudah-mudahan kalian memperoleh rahmat), lanjut saja ngobrolnya dan kalo sempet memperhatikan bacaan ya diperhatikan kalo ga ya ga apa-apa, pindah ruangan lain yang ga kedengeran bacaan murottal dan melanjutkan ngobrol, ngomel-ngomel atau langsung mematikan komputer, atau apa.

10.    Buat kita-kita yang berusia lebih dari 30 tahun dan waktu kecil pernah tinggal di desa mungkin ada yang merindukan suasana keakraban masa-masa kecil dulu bersama Al Qur'an.  Dulu rasanya kita begitu dekat dengan Al Qur'an, kita peluk erat dia ketika berjalan ke mushollah kecil menjelang maghrib.  Walaupun wujudnya sudah tidak indah lagi, sobek disana sini tetapi rasa penghormatan kita kepadanya begitu tinggi.  Di terangi cahaya lampu minyak kecil yang jelaganya sering membuat wajah polos kita coreng moreng kehitaman dan dibimbing oleh para guru yang kadang-kadang pengetahuannya tentang ilmu membaca Al Qur'an juga terbatas tetapi mempunyai keikhlasan yang sangat luas, musholla kecil itu menjadi saksi kesungguhan kita mempelajarinya.  Jaman memang sudah berubah.  YA Rabb, aku mohon hadirkanlah terus semangat menghormati dan mempelajari AL Qur'an di hari kami dan seluruh keturunan kami dan jadikanlah dia penerang dalam perjalanan hidup kami.


11.      Kalau kita disuruh memilih mana yang lebih penting, Al Qur'an atau koran.  Haqqul yakin jika yang ditanya adalah seorang muslim jawabannya pasti Al Qur'an.  Dia adalah kitab yang diturunkan Allah untuk menjadi pedoman hidup manusia, dia yang terjaga kesucian dan kemurniannya, dia yang mampu menjawab segala problematika kehidupan, dia yang membacanya adalah ibadah, dia yang merupakan salah satu mukjizat terbesar bagianda rasul, dia yang selalu relevan dan kontekstual dengan kondisi perkembangan peradaban manusia, dia yang mampu membimbing manusia untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat, dan lain-lain, dan seterusnya, dan sebagainya.  Masih banyak daftar kelebihan dan keistimewaan yang bisa ditulis. Tetapi mengapa justru koranlah yang dicari pertama kali setiap pagi, yang lebih banyak dibaca ketika waktu senggang, yang lebih sering dijadikan rujukan untuk mencari solusi dari masalah hidup sehari-hari, yang lebih banyak membutuhkan biaya untuk membayar langganannya, yang lebih sering dijadikan topik diskusi, yang membawanya tidak pernah sambil ngumpet-ngumpet.  Ternyata perbedaan antara yang apa yang terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi masih sangat jauuuh...

   

Tidak ada komentar: