Jumat, 14 Februari 2014

ADA APA DENGAN SHOLAT KITA (PART III)



ADA APA DENGAN SHOLAT KITA (PART III)
(UNTUK PARA SHOLAT LOVERS)

1.         Masih lanjut tentang sholat fardhu yang lima waktu sehari.  Karena anjurannya adalah dilaksanakan di masjid, maka beberapa bahasan berikut akan lebih dititikberatkan sholat fardhu yang dilaksanakan berjamaah di masjid.  Kapan sebaiknya kita datang menyambut panggilan adzan.  Sebelum adzan dikumandangkan? wah ini sih te o pe be ge te sekali.  Misalkan 10 menit menjelang masuk waktu sholat (jangan lagi tanya kapan masuk waktu sholat, hari gini setiap keluarga muslim harus punya jadwal sholat yang berlaku sepanjang masa, ada aplikasinya juga di internet).  Tapi mungkinkah? mungkin sekali, karena ternyata di setiap masjid hampir pasti ada saudara kita yang melakukannya.  Siapa lagi kalo bukan muadzin.  Kalo muadzin bisa, berarti jamaah yang lain seharusnya bisa dong, wong sama manusianya ini.  Cuma masalahnya kita ini terlalu pintar untuk bikin daftar panjang alasan kenapa kita tidak bersegera memenuhi undangan Allah.
2.        Sebelum melangkah ke masjid, sangat dianjurkan kita mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.  Satu-satu mari kita lihat.  Yang pertama sudah dijelaskan di nomor sebelumnya, yang kedua adalah jangan lupa kita sudah dalam keadaan suci sejak dari rumah, artinya wudlu dikerjakan di rumah, jangan di masjid.  Loh, emangnya ga boleh wudlu dimasjid? Trus buat apa di masjid dibangun dan disediakan tempat wudlu?  Bukan ga boleh. Menurut pak ustadz, kita sudah wudlu sejak dari rumah itu merupakan salah satu cermin akhlak terpuji dan bentuk shodaqoh kita kepada masjid. Koq bisa? Dengan tidak menggunakan fasilitas wudlu dimasjid, artinya kita menghemat pengeluaran masjid untuk rekening air, rekening listrik, biaya pemeliharaan tempat wudlu, biaya penggantian kran air,  biaya penggantian keset, memberi kesempatan jamaah musafir untuk menggunakan fasilitas wudlu dengan lebih nyaman.  Betapa indahnya, akhlak terpuji akan memberikan manfaat buat banyak orang.

3.         Yang ketiga, pilih dan kenakan pakaian terbaik yang kita punya (ingat, kita ini mau menghadap Allah Raja Diraja Maharajanya Raja-Raja, bukan mau menghadap pak RT).  Terbaik yang dimaksud disini adalah terbaik dari sisi syariat, yaitu tidak terkena najis, dapat menutup aurat dengan sempurna dan tidak mengganggu jamaah lain (misalnya karena banyak tulisan, gambar yang aneh-aneh). Perkara pakaian tersebut adalah yang termahal yang kita punya, alhamdulillah, berarti kita telah menomorsatukan Allah. Untuk kaum muslimah bagaimana? kan sholatnya pake mukena? jadi sebaik apapun pakaian yang kita kenakan tetap tidak terlihat, wong pasti tertutup sama mukena?  Inilah mungkin salah satu pandangan yang umum di masyarakat, masih membedakan antara pakaian yang dikenakan sehari-hari dengan pakaian untuk sholat.  Idealnya, pakaian yang kita kenakan terutama ketike keluar rumah (kan ini konteksnya mau sholat di masjid) sudah siap dipakai untuk sholat. Kepada para ahli fiqhus sholah  mohon pencerahan.
4.        Yang keempat, berjalan secara perlahan ketika menuju masjid, tidak perlu tergesa-gesa.  Kita sering melihat anak-anak kita berlarian secepat kilat menuju masjid ketika iqomah sudah dikumandangkan,  atau kadang-kadang al fatihah sudah dibaca oleh iman.  Padahal  ketika adzan berkumandang mereka sudah keluar rumah, tetapi ya itulah dunia anak-anak, bergerombol dulu di ujung jalan, mampir ke warung dulu jajan, maen petak umpet dulu di halaman masjid, macam-macamlah.  Tidak bisa disalahkan, toh kita orang tua juga yang mengajari.  Ketika adzan sudah terdengar, di rumah kita masih santai, tunggu sampai iklan kata kita yang lagi nonton tivi, ngabisin kopi tinggal sesruput lagi ntar ditinggal sholat keburu dingin, iqomah lima menit lagi masih ada waktu, ntar aja berangkatnya yang penting rakaat pertama masih bersama imam (ada yang lebih konyol, yang penting masih bisa ikut ruku' rakaat pertama, atau malah yang penting bisa dapat jamaah walaupun sudah tahiyat akhir).
5.        Yang ke lima, setelah sampai di masjid itu sebaiknya segera masuk ke ruang utama masjid, tempat akan dilakukannya sholat berjamaah, jangan lagi masih bergerombol di serambi, di halaman, di dekat pintu (kenapa sih musti malu-malu untuk masuk ke rumah Allah, salah satu tempat termulia di muka bumi, rumah kita yang paling mewah sekalipun masih kalah mulia dibandingkan masjid sederhana di pojok kampung kita).  Yakin dan pastikan diri kita termasuk rombongan orang-orang termulia yang memasuki rumah mulia Allah. 
6.         Selanjutnya yang ke enam, jika masih ada waktu segera laksanakan sholat tahiyyatul masjid (yaaah, pasti masih ada waktu dong, kan tadi berangkatnya lebih awal dan tidak terburu-buru, apalagi sudah wudlu di rumah), salah satu bentuk penghormatan kita terhadap rumah Allah. Jika kita menghormati seseorang, dalam hukum hubungan antar manusia pasti penghormatan pula yang akan kita terima dari seseorang tersebut sebagai balasannya.  Padahal Allah adalah sebaik-baik pemberi balasan, Maha Pemberi Balasan Terbaik.  Tidakkan kita selalu berharap bahwa Dia akan memberi kita balasan penghormatan terbaik dari sisi-Nya.  Kita mendapat penghormatan dari Pak Kades saja sudah sangat bangga, apalagi dari Bosnya Pak Kades yang juga bos kita semua.
7.        Yang ke tujuh, jika waktu sholat belum tiba, masih ada waktu sampai muadzin mengumandangkan iqomah, ada baiknya kita mengambil segera tempat terdepan sesuai shof (syukur kalau bersamaan dengan waktu sholat tahiyyatul masjid kita sudah mengambil tempat ini).  Sambil menunggu, ada banyak pilihan aktivitas yang bisa kita lakukan, melakukan sholat sunnah mutlaq, membaca ayat-ayat al qur'an, sholawat nabi, dzikir-dzikir pujian, berdoa (baik doa-doa yang ada di Al Qur'an dan al Hadits maupun doa karangan kita sendiri, misalnya berdoa begini : Ya Allah berikan kami kemampuan untuk terus istiqomah mengisi blognya Assaajidiin, dan semoga blog tersebut membawa berkah bagi jamaah).  Atau pilihan yang paling gampang, duduk manis.  Bisa juga berbicara (yang bermanfaat) dengan jamaah yang duduk disebelah kita, mengucapkan salam kepadanya, menanyakan kabar dan mendoakan kesehatannya, dan sebagainya.   Yang penting dilakukan juga adalah mempersiapkan pikiran dan hati kita untuk menggapai sholat yang khusyu dan indah.
8.        Yang ke delapan, jika waktu sholat sudah hampir tiba artinya sebentar lagi muadzin akan mengumandangkan iqomah dan tidak tersedia waktu yang cukup bagi kita untuk melaksanakan sholat sunnah, hendaknya tidak memaksakan diri sholat sunnah.  Bukan apa-apa, dengan kondisi waktu yang mepet pasti sholat kita jadi terburu-buru.  Bisa jadi jamaah yang lain menggerutu karena harus menunggu seseorang selesai melaksanakan sholat sunnah.  Kalau mau jujur sebenarnya waktu yang diperlukan untuk sholat dua rakaat tidaklah panjang, jika ambil yang paket ekspres cukup satu menit (wow...terlalu cepat ya?), tetapi waktu yang singkat itu sudah bisa membuat seseorang tidak ikhlas menunggu.  Kita pasti setuju dengan ungkapan bahwa hal yang paling membosankan dan menjengkelkan adalah menunggu.....
9.        Yang ke sembilan, membantu menciptakan situasi dan kondisi pelaksanaan sholat yang baik.  Buat bapak-bapak dan ibu-ibu yang mengajak serta putra-putrinya yang masih kecil (yang masih agak sulit untuk diajak tertib) ada baiknya jika putra-putri kita dikondisikan sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu jamaah lain yang sedang sholat.  Caranya bagaimana? Untuk yang sudah bisa diberi tahu, segera bantu mereka merapikan pakaian sholat (khususnya untuk putri-putri kita), membentuk barisan yang rapi sesuai posisinya, mengingatkan untuk tidak lagi berbicara selain yang ada hubungannya dengan sholat.  Jika putra-putri kita benar-benar sulit untuk diajak tertib (karena memang demikianlah dunia anak-anak) maka pilihan yang terbaik adalah kita mengalah untuk sementara tidak mengajaknya ke masjid atau jika tetap ingin mengajaknya, mungkin kita perlu mengalah sejenak untuk tidak ikut sholat berjamaah dan menungguin putra-putri kita. Waah, rugi dong kita, kan tujuan kita ke masjid agar dapat pahala sholat jamaah yang 27 derajat itu.  Sebuah pilihan yang sulit, lebih baik menunda sholat atau tetap sholat dengan konsentrasi mengawasi putra-putri kita sekaligus menanggung gerutuan dalam hati jamaah lain yang merasa terganggu sholatnya.  Memang nabi kita yang mulia pernah mengajarkan bagaimana beliau sholat bersama dengan cucu terkasihnya.  Yang penting harus diperhatikan adalah bagaimana mengharmonisasikan antara keinginan kita untuk sholat berjamaah tanpa gangguan (harus diakui bahwa kita ini sholat tanpa gangguan aja sulit mencapai khusyu, apalagi dengan banyak gangguan, bisa-bisa sepanjang sholat ngomel-ngomel terus aja yang kita lakukan), dengan semangat menyiapkan generasi muda kita untuk mencintai masjid dan jamaah. 
10.    Yang ke sepuluh, di saat imam telah mengingatkan jamaah untuk meluruskan dan merapatkan barisan, maka makmum diibaratkan bagai barisan pasukan yang telah rapi dan siap melaksanakan perintah, dalam hal ini adalah mengikuti gerakan imam. Sebaik-baik shof adalah yang pertama dan tidak akan membuat shof baru sebelum shof di depannya terisi penuh.  Harusnya kita berloma-lomba untuk mendapatkan shof terdepan, tetapi fakta kadang-kadang berbicara lain.  Mungkin ini disebabkan oleh sifat dasar masyarakat kita yang tinggi tenggang rasa atau tepo selironya sehingga sering malah memberikan kesempatan orang lain untuk mendapatkan keutamaan shof depan, sementara dirinya sendiri cukup puas dengan shof yang di belakang.  Ibaratnya adalah kita punya kesempatan besar untuk mendapatkan mobil bagus nan mewah untuk mendaraan kita, tetapi justru kita berikan kepada orang lain dan kita cukup puas hanya dengan menggunakan sepeda kayuh butut.  Ironi sebuah sikap tenggang rasa.
                                                                        …………….The END.

14/02/14
By :Bp Luhur Prihadi
                      via : admin

Tidak ada komentar: