ADA APA DENGAN SHOLAT KITA
(PART III)
(UNTUK
PARA SHOLAT LOVERS)
1.
Masih lanjut tentang sholat fardhu yang lima waktu sehari. Karena anjurannya adalah dilaksanakan di
masjid, maka beberapa bahasan berikut akan lebih dititikberatkan sholat fardhu yang dilaksanakan berjamaah
di masjid. Kapan sebaiknya kita
datang menyambut panggilan adzan.
Sebelum adzan dikumandangkan? wah ini sih te o pe be ge te sekali. Misalkan 10 menit menjelang masuk waktu
sholat (jangan lagi tanya kapan masuk waktu sholat, hari gini setiap keluarga
muslim harus punya jadwal sholat yang berlaku sepanjang masa, ada aplikasinya
juga di internet). Tapi mungkinkah?
mungkin sekali, karena ternyata di setiap masjid hampir pasti ada saudara kita
yang melakukannya. Siapa lagi kalo bukan
muadzin. Kalo muadzin bisa, berarti
jamaah yang lain seharusnya bisa dong, wong sama manusianya ini. Cuma masalahnya kita ini terlalu pintar untuk
bikin daftar panjang alasan kenapa kita tidak bersegera memenuhi undangan
Allah.
2.
Sebelum melangkah ke masjid, sangat dianjurkan kita
mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Satu-satu
mari kita lihat. Yang pertama sudah
dijelaskan di nomor sebelumnya, yang kedua adalah jangan lupa kita sudah dalam
keadaan suci sejak dari rumah, artinya wudlu
dikerjakan di rumah, jangan di masjid.
Loh, emangnya ga boleh wudlu dimasjid? Trus buat apa di masjid dibangun
dan disediakan tempat wudlu? Bukan ga
boleh. Menurut pak ustadz, kita sudah wudlu sejak dari rumah itu merupakan
salah satu cermin akhlak terpuji dan bentuk shodaqoh kita kepada masjid. Koq
bisa? Dengan tidak menggunakan fasilitas wudlu dimasjid, artinya kita menghemat
pengeluaran masjid untuk rekening air, rekening listrik, biaya pemeliharaan
tempat wudlu, biaya penggantian kran air,
biaya penggantian keset, memberi kesempatan jamaah musafir untuk
menggunakan fasilitas wudlu dengan lebih nyaman. Betapa indahnya, akhlak terpuji akan
memberikan manfaat buat banyak orang.
3.
Yang ketiga, pilih dan kenakan pakaian terbaik yang kita
punya (ingat, kita ini mau menghadap Allah Raja Diraja Maharajanya
Raja-Raja, bukan mau menghadap pak RT).
Terbaik yang dimaksud disini adalah terbaik dari sisi syariat, yaitu tidak terkena najis, dapat menutup aurat
dengan sempurna dan tidak mengganggu jamaah lain (misalnya karena banyak tulisan,
gambar yang aneh-aneh). Perkara pakaian tersebut adalah yang termahal yang kita
punya, alhamdulillah, berarti kita telah menomorsatukan Allah. Untuk kaum
muslimah bagaimana? kan sholatnya pake mukena? jadi sebaik apapun pakaian yang
kita kenakan tetap tidak terlihat, wong pasti tertutup sama mukena? Inilah mungkin salah satu pandangan yang umum
di masyarakat, masih membedakan antara pakaian yang dikenakan sehari-hari
dengan pakaian untuk sholat. Idealnya,
pakaian yang kita kenakan terutama ketike keluar rumah (kan ini konteksnya mau
sholat di masjid) sudah siap dipakai untuk sholat. Kepada para ahli fiqhus
sholah mohon pencerahan.
4.
Yang keempat, berjalan secara perlahan ketika menuju masjid,
tidak perlu tergesa-gesa. Kita sering melihat anak-anak kita berlarian
secepat kilat menuju masjid ketika iqomah sudah dikumandangkan, atau kadang-kadang al fatihah sudah dibaca
oleh iman. Padahal ketika adzan berkumandang mereka sudah keluar
rumah, tetapi ya itulah dunia anak-anak, bergerombol dulu di ujung jalan,
mampir ke warung dulu jajan, maen petak umpet dulu di halaman masjid,
macam-macamlah. Tidak bisa disalahkan,
toh kita orang tua juga yang mengajari.
Ketika adzan sudah terdengar, di rumah kita masih santai, tunggu sampai
iklan kata kita yang lagi nonton tivi, ngabisin kopi tinggal sesruput lagi ntar
ditinggal sholat keburu dingin, iqomah lima menit lagi masih ada waktu, ntar
aja berangkatnya yang penting rakaat pertama masih bersama imam (ada yang lebih
konyol, yang penting masih bisa ikut ruku' rakaat pertama, atau malah yang
penting bisa dapat jamaah walaupun sudah tahiyat akhir).
5.
Yang ke lima, setelah sampai di masjid itu sebaiknya segera
masuk ke ruang utama masjid, tempat akan dilakukannya sholat berjamaah, jangan lagi masih bergerombol di serambi,
di halaman, di dekat pintu (kenapa sih musti malu-malu untuk masuk ke rumah
Allah, salah satu tempat termulia di muka bumi, rumah kita yang paling mewah
sekalipun masih kalah mulia dibandingkan masjid sederhana di pojok kampung
kita). Yakin dan pastikan diri kita
termasuk rombongan orang-orang termulia yang memasuki rumah mulia Allah.
6.
Selanjutnya yang ke enam, jika masih ada waktu segera
laksanakan sholat tahiyyatul masjid (yaaah, pasti masih ada waktu dong, kan
tadi berangkatnya lebih awal dan tidak terburu-buru, apalagi sudah wudlu di
rumah), salah satu bentuk penghormatan
kita terhadap rumah Allah. Jika kita menghormati seseorang, dalam hukum
hubungan antar manusia pasti penghormatan pula yang akan kita terima dari
seseorang tersebut sebagai balasannya.
Padahal Allah adalah sebaik-baik pemberi balasan, Maha Pemberi Balasan
Terbaik. Tidakkan kita selalu berharap
bahwa Dia akan memberi kita balasan penghormatan terbaik dari sisi-Nya. Kita mendapat penghormatan dari Pak Kades
saja sudah sangat bangga, apalagi dari Bosnya Pak Kades yang juga bos kita
semua.
7.
Yang ke tujuh, jika waktu sholat belum tiba, masih ada waktu
sampai muadzin mengumandangkan iqomah, ada baiknya kita mengambil segera tempat
terdepan sesuai shof
(syukur kalau bersamaan dengan waktu sholat tahiyyatul masjid kita sudah
mengambil tempat ini). Sambil menunggu,
ada banyak pilihan aktivitas yang bisa kita lakukan, melakukan sholat sunnah
mutlaq, membaca ayat-ayat al qur'an, sholawat nabi, dzikir-dzikir pujian,
berdoa (baik doa-doa yang ada di Al Qur'an dan al Hadits maupun doa karangan
kita sendiri, misalnya berdoa begini : Ya
Allah berikan kami kemampuan untuk terus istiqomah mengisi blognya Assaajidiin,
dan semoga blog tersebut membawa berkah bagi jamaah). Atau pilihan yang paling gampang, duduk
manis. Bisa juga berbicara (yang
bermanfaat) dengan jamaah yang duduk disebelah kita, mengucapkan salam
kepadanya, menanyakan kabar dan mendoakan kesehatannya, dan sebagainya. Yang penting dilakukan juga adalah
mempersiapkan pikiran dan hati kita untuk menggapai sholat yang khusyu dan
indah.
8.
Yang ke delapan, jika waktu sholat sudah hampir tiba artinya
sebentar lagi muadzin akan mengumandangkan iqomah dan tidak tersedia waktu yang
cukup bagi kita untuk melaksanakan sholat sunnah, hendaknya tidak memaksakan
diri sholat sunnah. Bukan apa-apa, dengan kondisi waktu yang
mepet pasti sholat kita jadi terburu-buru.
Bisa jadi jamaah yang lain menggerutu karena harus menunggu seseorang
selesai melaksanakan sholat sunnah.
Kalau mau jujur sebenarnya waktu yang diperlukan untuk sholat dua rakaat
tidaklah panjang, jika ambil yang paket ekspres cukup satu menit (wow...terlalu
cepat ya?), tetapi waktu yang singkat itu sudah bisa membuat seseorang tidak
ikhlas menunggu. Kita pasti setuju
dengan ungkapan bahwa hal yang paling membosankan dan menjengkelkan adalah
menunggu.....
9.
Yang ke sembilan, membantu menciptakan situasi dan kondisi
pelaksanaan sholat yang baik. Buat bapak-bapak dan ibu-ibu yang mengajak
serta putra-putrinya yang masih kecil (yang masih agak sulit untuk diajak
tertib) ada baiknya jika putra-putri kita dikondisikan sedemikian rupa sehingga
tidak sampai mengganggu jamaah lain yang sedang sholat. Caranya
bagaimana? Untuk yang sudah bisa diberi tahu, segera bantu mereka merapikan
pakaian sholat (khususnya untuk putri-putri kita), membentuk barisan yang rapi
sesuai posisinya, mengingatkan untuk tidak lagi berbicara selain yang ada
hubungannya dengan sholat. Jika
putra-putri kita benar-benar sulit untuk diajak tertib (karena memang
demikianlah dunia anak-anak) maka pilihan yang terbaik adalah kita mengalah
untuk sementara tidak mengajaknya ke masjid atau jika tetap ingin mengajaknya,
mungkin kita perlu mengalah sejenak untuk tidak ikut sholat berjamaah dan
menungguin putra-putri kita. Waah, rugi dong kita, kan tujuan kita ke masjid
agar dapat pahala sholat jamaah yang 27 derajat itu. Sebuah pilihan yang sulit, lebih baik menunda
sholat atau tetap sholat dengan konsentrasi mengawasi putra-putri kita sekaligus
menanggung gerutuan dalam hati jamaah lain yang merasa terganggu
sholatnya. Memang nabi kita yang mulia
pernah mengajarkan bagaimana beliau sholat bersama dengan cucu
terkasihnya. Yang penting harus
diperhatikan adalah bagaimana mengharmonisasikan antara keinginan kita untuk
sholat berjamaah tanpa gangguan (harus diakui bahwa kita ini sholat tanpa
gangguan aja sulit mencapai khusyu, apalagi dengan banyak gangguan, bisa-bisa
sepanjang sholat ngomel-ngomel terus aja yang kita lakukan), dengan semangat
menyiapkan generasi muda kita untuk mencintai masjid dan jamaah.
10.
Yang ke sepuluh, di saat imam telah mengingatkan jamaah
untuk meluruskan dan merapatkan barisan, maka makmum diibaratkan bagai barisan
pasukan yang telah rapi dan siap melaksanakan perintah, dalam hal ini adalah
mengikuti gerakan imam. Sebaik-baik shof adalah yang pertama dan tidak akan
membuat shof baru sebelum shof di depannya terisi penuh. Harusnya
kita berloma-lomba untuk mendapatkan shof terdepan, tetapi fakta kadang-kadang
berbicara lain. Mungkin ini
disebabkan oleh sifat dasar masyarakat kita yang tinggi tenggang rasa atau tepo selironya sehingga sering malah
memberikan kesempatan orang lain untuk mendapatkan keutamaan shof depan,
sementara dirinya sendiri cukup puas dengan shof yang di belakang. Ibaratnya adalah kita punya kesempatan besar
untuk mendapatkan mobil bagus nan mewah untuk mendaraan kita, tetapi justru
kita berikan kepada orang lain dan kita cukup puas hanya dengan menggunakan
sepeda kayuh butut. Ironi sebuah sikap
tenggang rasa.
…………….The END.
14/02/14
By :Bp Luhur Prihadi
via : admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar