ADA
APA DENGAN SHOLAT JUM'AT KITA
1.
Ada
banyak hal aneh yang sering kita jumpai yang terkait dengan momen pelaksanaan
sholat jum'at. Ketika
pagi jum'at sayyidul ayyam
menyingsing, sudahkan kita sadar bahwa kita pada hari itu kedatangan tamu
terhormat yang harus kita sambut dengan penghormatan yang layak? Sudahkah kita
menyiapkan hati, pikiran, jiwa dan raga dan segenap kemampuan kita untuk
mengisi setiap waktu, setiap saat, detik demi detik sepanjang hari jumát agar tidak
berlalu sia-sia. Sepertinya sebagian
besar dari kita memang sadar bahwa hari jum'at adalah hari yang sangat
istimewa, tetapi dengan pemaknaan yang agak berbeda. Yaaa,
ketika jum'at tiba artinya besok dan lusa adalah hari libur, weekend, waktunya santai,
bersenang-senang, pelesir, jeda dari rutinitas selama lima hari penuh,
melenyapkan stress, hangout bersama
teman-teman. Ada juga yang memaknai hari jum'at sebagai
hari krida, hari olah raga, hari kebugaran (yang
ini biasanya terjadi di kantor-kantor, instansi pemerintahan maupun swasta),
sehingga aktifitas yang nampak banyak dilakukan adalah yang berkaitan dengan olahraga. Soal sholat jumát dan seluruh pernak-pernik
keutamaannya? Bersyukurlah kita kalau ternyata sholat jum'at masih menjadi
salah satu fokus kita hari itu, syukur bisa menjadi fokus utama.
2.
Diantara
sedikit jumlah jamaah yang telah hadir sebelum khotib, berapa persenkah yang
langsung menyiapkan diri duduk di barisan depan dengan rapi?
Hanya
ada kurang dari sepuluh persen. Inilah salah satu jenis manusia langka
di jaman yang sudah serba modern ini.
Dari sedikit yang sudah mengisi barisan depan tadi, tempat duduknya juga
tidak ngumpul, ada yang di sisi kanan, tengah dan kiri. Dari kacamata human relation sepertinya koq terlihat kurang akrab gitu ya? Wong
tujuan ke datang ke masjid adalah sama; sama-sama muslim mukmin; pangkat, jabatan,
martabat juga sama yaitu abdullah (kan guru-guru kita mengajarkan untuk
meninggalkan seluruh atribut duniawi terutama ketika mau menghadap kepada
Allah). Alangkah indahnya jika sesama
kita bisa akrab, yang datang pertama kali mengambil tempat di tengah-tengah
barisan pertama, yang datang selanjutnya mengisi di kanan kiri jamaah yang
datang lebih dulu hingga barisan pertama penuh, baru dilanjutkan menempati
barisan kedua dengan tetap dimulai dari tengah.
Begitu seterusnya hingga seluruh barisan terisi dan tertata rapi. Mengingat jamaah yang datang adalah orang
yang beriman, berakal sempurna (sudah baligh), berilmu (sudah tahu tata cara
berjamaah khususnya dalam membentuk barisan), maka seharusnya bukanlah sesuatu
yang sulit menciptakan barisan jamaah yang rapi, tertib dan indah. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian, atau
jangan-jangan banyak diantara kita yang belum berakal sempurna. Waduh,
naidzubillahi min dzalik.
3. Berapa
banyak jamaah yang telah hadir mendahului khotib naik ke mimbar. Kira-kira masjid sudah penuh? ada setengah
isi masjid? sepertiga? sepersepuluh?
Hampir pasti jawaban kita seragam.
Isi seperempat masjid saja sudah sangat bagus. Ini terutama untuk masjid-masjid kebanyakan,
bukan masjid yang ada di lingkungan tertentu seperti misalnya di dalam pondok
pesantren. Sepertinya tidak menjadi masalah sama sekali ketika kita
datang terlambat menghadiri sholat jum'at di masjid. Bahkan dengan tanpa alasan sekalipun, tidak
sedang repot, tidak lagi menerima tamu, tidak sedang dalam perjalanan, tidak sedang
punya hajat ke belakang, tidak sedang sakit.
Sepertinya kita lebih senang melanjutkan obrolan kita bersama
teman-teman, menghabiskan sebatang rokok yang baru saja kita hisap,
tidur-tiduran santai di kamar, nonton di depan tv walaupun sedang tidak
memperhatikan acaranya. Atau mungkin
menurut kita, hadir setelah khotib naik ke atas mimbar itu belum termasuk
terlambat, karena tujuan kita ke masjid adalah ikut sholat jum'at bukan
mendengarkan khotbah? Padahal hari jum'at adalah penghulunya hari, dan sholat
jum'at adalah tempat berkumpulnya kebaikan dan keutamaan selama hari itu. Tidakkah kita harus merasa bergembira dalam
menyambutnya dan merasa menyesal jika menyia-nyiakannya?
4.
Salah
satu tempat duduk favorit jamaah ketika datang ke masjid adalah di belakang
(menyandar di dinding), di dekat tiang, di tepi kiri kanan, dan di serambi
masjid. Mengapa menjadi favorit? karena
memang begitulah kenyataannya. Duduk
bersila sambil menyandar apalagi terkena tiupan kipas angin langsung di tengah
suasana terik matahari siang, duh nikmatnya. Jangan-jangan tujuan kita ke
masjid adalah memang untuk istirahat, rehat sejenak dari rutinitas pekerjaan,
melepas suntuk karena banyak masalah yang dihadapi di kantor, syukur bisa
sekalian tidur siang. Makanya tidak
heran jika yang dipilih adalah tempat yang memang bisa memenuhi keinginan untuk
istirahat itu. Lha kalau milih tempat di
barisan paling depan, di tengah-tengah, berhadapan langsung dengan khotib kan
kurang leluasa kalau mau tidur, atau setidaknya malulah dilihatin jamaah se
masjid (Namun jika ternyata sudah duduk di bagian tengah barisan paling depan
ternyata koq ya masih ngantuk apalagi sampai tertidur, mungkin memang itulah
hebatnya masjid, bisa memberikan ketenangan kepada jamaah yang lagi stress
sekalipun).
5.
Ini
adalah fenomena yang sudah sangat jamak terjadi dimana-mana. Begitu imam naik ke atas mimbar, seketika itu
juga rasa kantuk mulai menghinggapi jamaah.
Kalau para khotib sholat jum'at itu pada ikut audisi untuk mencari seorang
mentalis yang ahli hipnotis mungkin bisa jadi akan menang. Bayangkan, tanpa berbekal ilmu tentang
hipnotis, mereka berhasil menyihir sebagian besar jamaah sholat jum'at
untuk mengangguk-angguk....tertidur. Sepertinya belum pernah ada penelitian atau
pengamatan yang mendalam tentang fenomena ini, berapa persen jumlah jamaah yang
tertidur, berapa lama waktu tertidurnya, berapa lelap kadar tertidurnya (apakah
sampai mimpi terbang ke surga segala), seberapa sering tertidur ketika khutbah
jum'at, upaya apa saja yang telah dilakukan untuk mengeliminir kebiasan
tertidur. Jangan-jangan tidur sewaktu
khutbah sudah dianggap merupakan salah satu rangkaian ibadah sehingga tidak
boleh ditinggalkan. Ampuni kami ya
Robb...
6.
Agak
miris membayangkan ada seseorang yang baik, berkumpul bersama-sama dengan orang-orang
baik, mempunyai tujuan yang baik, berada di tempat dan waktu yang baik,
mengajarkan ilmu tentang kebaikan, memberi nasihat-nasihat yang baik, dan melakukannya
secara baik, konsisten, berulang-ulang, berkesinambungan, masih ditambah doa,
tetapi ..... tidak mampu memberikan efek yang signifikan terhadap perubahan
perilaku menuju kebaikan. Itulah mungkin wajah ritual khutbah jum'at kita. Setiap minggu kita menghadirinya, mendengar
nasihat yang disampaikan khotib, tetapi hampir tidak ada nasihat yang membekas
di hati kita. Mari coba kita introspeksi
sejenak, mengingat-ingat kembali, apa kira-kira materi yang disampaikan oleh
khotib ketika kita mengikuti sholat jum'at minggu kemarin? adakah yang masih
ingat? Sungguh sebuah ironi. Sepertinya
kita sudah tidak hirau lagi dengan materi khutbah jum'at, padahal sering
diingatkan bahwa jika khotib sudah naik ke mimbar maka dengarkanlah, dan
perhatikanlah, mudah-mudahan kalian mendapatkan rahmat.
7.
Perkembangan
teknologi membuat kita seperti tersandera olehnya. Contoh yang paling sederhana adalah soal
hp. Saat ini rasanya sudah hampir setiap
orang mengenal hp, memilikinya (bahkan lebih dari satu), menggunakannya setiap saat, membawanya kemana
pergi, menemaninya bahkan ketika tidur, tidak terkecuali ketika sedang
beribadah kepada-Nya. Pernah gak
memperhatikan seseorang yang sedang menghadiri ibadah sholat jum'at tampak
terlihat khusyu tertunduk, waktu khotib sedang menyampaikan khutbah? eh... jangan suudzon dulu, dia tidak sedang
tidur, tetapi sepertinya juga tidak memperhatikan isi khutbah. Ternyata lagi asyik dengan sesuatu yang ada
di tangannya, yaaa... hp. Entah apa yang
dikerjakan, yang jelas benda kecil mungil itu telah menyita dan mengalihkan
perhatian seseorang dari rangkaian nasihat sang khotib.Bisa jadi sedang sms-an
(kalo menerima telepon, rasanya gak deh, kan keliatan banget), whatsapp-an (line, kakao talk, dan
sejenisnya), efbe-an, buka jualbeli online, baca portal berita, atau yang
lain.... Seandainya teknologi hp bisa tembus ke malaikat rokib dan atid,
mungkin dia akan kirim sms ngasih tau kalo hari ini telah hadir dalam sholat
jumat, takut tidak ada dalam catatan malaikat.
8.
Apa
tindakan kita jika jika pada waktu sholat tiba-tiba hp yang kita kantongi
berbunyi? Cuek saja, pura-pura tidak tahu,
gelisah, ngomel-ngomel dalam hati (nyesel lupa ga matiin hp sebelum sholat;
jengkel sama yang kirim pesan atau telp, apa gak ngerti kalo lagi waktunya
sholat; sungkan sama jamaah lain karena ringtonenya lagu-lagu dangdut koplo),
langsung ambil hp di kantong dan berusaha mematikannya, atau sekalian lihat isi
sms dan menjawab telepon? Yang pasti hp berbunyi ketika sholat sangat
mengganggu konsentrasi, tidak hanya yang punya hp tetapi juga jamaah lain yang
bisa mendengarnya. Maka tidaklah heran
jika saat ini sudah semakin banyak imam sholat jumát yang menambahkan kata-kata
peringatan atau himbauan sebelum sholat.
Kalau dulu sesuai sunnah, jamaah hanya dianjurkan untuk meluruskan dan
merapatkan barisan, karena lurus dan rapatnya barisan termasuk salah satu
kesempurnaan sholat, tetapi sekarang ditambah dengan himbauan matikan hp anda
atau ubah settingnya dalam posisi silent atau getar. Jangan-jangan jika nanti era google glass
sudah marak di tengah masyarakat, ada tambahan himbauan lagi yaitu copot google
glas anda, sekarang waktunya sholat bukan saatnya nonton film.
9.
Dalam
ilmu komunikasi, salah satu kunci sukses dalam menyampaikan pesan kepada orang
lain adalah kemasan pesan harus menarik.
Sebagus apapun isi pesan jika tidak dikemas dengan baik maka esensi pesan
tersebut tidak akan bisa diterima dengan maksimal. Memang tidak salah ungkapan yang menyatakan
jangan menilai isi buku dari covernya, tetapi isi buku yang baik akan sangat
mudah diterima jika dilapis dengan cover yang menawan. Demikian halnya dengan materi khutbah
jumát. Semua kita sepakat bahwa materi
khutbah pasti mengajak manusia untuk berbuat baik, semakin baik dan dapat
mengggapai akhir perjalanan hidup yang baik (khusnul khotimah). Tetapi jika cara khotib menyampaikannya
kurang menarik, datar-datar saja, suara terlalu pelan, bisa jadi jamaah makin
terbuai di alam tidurnya.
10.
Jika
sholat jumát telah selesai ditunaikan, kegiatan apa yang paling sering
dilakukan jamaah? Sebenarnya banyak
yang bisa dilakukan, yang diharapkan dapat semakin meningkatkan kesempurnyaan
sholat jumát kita. Berdzikir, berdoa,
membaca Al Qurán barang 10 menit, membereskan peralatan, silaturahim dengan
para jamaah lain yang mungkin hanya bisa bertemu seminggu sekali, dan
lain-lain. Untuk para pengurus masjid
barangkali waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk memperbincangkan kegiatan
seputar perkembangan masjid, mendiskusikan apa-apa yang perlu ditingkatkan dan
mencari penyelesaian atas permasalahan yang dihadapi. Mudah-mudahan Allah mentakdirkan hati kita
senantiasa terpikat dan terikat dengan masjid sehingga kita bisa mencintainya
tanpa pretensi apa-apa selain mencari ridhlo Allah.
17/02/14
By : Luhur Prihadi
Via
:admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar